Transformasi ini dimulai pada tahun 2009, ketika Andy mengambil alih kawasan yang dulunya adalah kebun peninggalan Belanda.
Namun, temuan-temuan Ong saat meneliti masalah Tionghoa ketika menjadi asisten riset William Skinner banyak menarik perhatian masyarakat luas. Menurut Ong, proses integrasi antara masyarakat Tionghoa dan penduduk “pribumi” di Indonesia terjadi jauh sebelumnya, namun terbatas pada “tjabang atas masyarakat”. Proses itu tidak terjadi di lapisan bawah. Ong memberi sejumlah contoh tentang beberapa bupati keturunan Tionghoa di Jawa atau anak-anak hasil perkawinan “campur” antara perempuan Tionghoa dan pembesar-pembesar Jawa. Riset Ong itu sebenarnya menggugat pandangan yang menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa hanya hidup dan berkembang di dan untuk kalangan sendiri tanpa pernah berintegrasi atau peduli dengan pribumi. Kritik yang sungguh menggugah.
Sisi positif lainnya dari penerapan sistem pertanian organik yaitu mengurangi terjadinya kontaminasi sumber-sumber air.
Di samping ikut memberi kontribusi bagi pengurangan laju pemanasan international, sistem pertanian organik memberi pula sejumlah keuntungan lainnya. Salah satunya adalah terpeliharanya keanekaragaman hayati. Ini dimungkinkan karena sistem pertanian organik tidak mengunakan pestisida dan herbisida.
Ke-Indonesia-an yang dihadirkan Ong dalam setiap esainya menjadi petunjuk tentang pilihannya. Dia sangat memahami bahwa Indonesia sama penting dengan Belanda atau negeri lain dalam gerak sejarah peradaban. Ong berjasa menempatkan sejarah Indonesia sejajar dengan perkembangan sejarah negeri lain. Itu jelas disampaikan Achdian di hampir semua bagian buku ini. Ong sendiri menilai tidak ada perkembangan yang tunggal dalam sejarah. Fokus studi doktoral Ong tentang Madiun pada abad ke-19, misalnya, banyak mengungkap aspek menarik tentang apa yang terjadi di Jawa dan Eropa pada waktu yang sama.
a. Pelatihan dan Pendidikan: Memberikan pelatihan kepada petani organik dalam manajemen tanaman, pengendalian hama alami, dan praktik pertanian organik lainnya dapat meningkatkan efisiensi.
) menjadi tantangan dan acaman bagi lingkungan dan kehidupan kita dewasa ini. Khusus menyangkut bidang pertanian, perubahan iklim bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda.
Buku ini merupakan semacam catatan kuliah Achdian yang dikumpulkan selama percakapannya dengan sang guru. Sebagai lawan debat dalam diskusi tentang apa pun, Achdian tidak serta-merta menerima begitu saja cecaran kritik Ong terhadap argumentasi yang terucap darinya. Setidaknya terjadi dialog, debat, dan juga titik temu dalam diskusi dan obrolan antarsejarawan beda “generasi” ini, sebagaimana dipaparkan Achdian dalam buku ini. Namun penulis buku ini tampaknya tak ingin menempatkan pencerahan dari Ong semata-mata berhenti atau sebatas pada pemberhalaan dan pemikiran yang mandul tanpa ada reproduksi kreatif sama sekali.
a. Sertifikasi Organik: Memperoleh sertifikasi organik resmi dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk pertanian organik.
Pemerintah maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam mendorong pengembangan sistem pertanian organik di masyarakat dengan, misalnya, memfasilitasi dan mendanai berbagai penyuluhan dan pelatihan bagi kelompok-kelompok petani atau warga masyarakat lainnya yang tertarik untuk menerapkan sistem pertanian organik.
Bagian terakhir tulisan Achdian, yaitu “1965”, seharusnya tidak diletakkan sebagai bab “penutup”. Bagian ini justru merupakan awal dari “perkenalan” kita untuk membaca pemikiran Ong dan berdialog dengannya untuk memahami ke-Indonesia-an dalam dirinya. Kuncinya terletak pada paragraf terakhir buku ini, yakni cerita tentang Ong muda saat duduk di bangku sekolah menengah Belanda (HBS), Surabaya, dan dihadapkan pada sebuah dilema: memilih Belanda ataukah Indonesia.
Kekuasaan, tanah, dan pajak, merupakan tiga faktor penting yang senantiasa hadir dalam kajian Ong tentang dunia perdesaan Jawa yang seolah tenang di permukaan, tetapi sesungguhnya punya potensi gejolak luar biasa di bawahnya. Ong melihat bahwa akar persoalan terjadinya pergolakan petani di perdesaan Jawa pada abad ke-19 haruslah dicari pada masalah pajak dan tanah.
Sebagaimana judul-judul sebelumnya dalam seri permainan ini, para pemain memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan karakter-karakter pemain dengan cara mengalahkan musuh-musuh dan memperoleh benda-benda, walaupun sistem poin pengalaman atau EXP (singkatan dari kata bahasa inggris expertise place) digantikan oleh sebuah sistem baru yang bertajuk "Sphere Grid", atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai "Jaring Bola". Bila pada sistem sebelumnya karakter-karakter mendapatkan reward statistik untuk atribut mereka setelah naik tingkat, maka pada seri ini setiap karakter mendapatkan "Tingkat Sphere" setelah mengoleksi "poin mendapatkan informasi lebih lanjut kemampuan" atau AP (singkatan dari kata bahasa inggris potential point).
Mari kita dukung perkembangan pertanian organik di Indonesia untuk menciptakan sistem pangan yang lebih baik bagi kita dan bumi.